Artikel Unggulan

Makna IP Rating pada Gawai

Kita sering menemukan istilah IP sekian-sekian ketika sedang membaca spesifikasi teknis sebuah gawai. Kode ini umumnya digunakan untuk meruj...

Memperkuat Digital Branding UMKM bersama Niaga Hoster


Beberapa waktu yang lalu, dunia perdagangan online dihebohkan dengan berita tentang Mr. Hu, yang menjadi seller di sebuah marketplace, yang menawarkan barang-barang impor dari Cina dengan harga yang sangat murah dan ongkos kirim yang sangat hemat, seakan tidak dikirim dari luar negeri. Ini bukan isapan jempol semata, karena saya sendiri pernah melakukan transaksi pembelian casing hape Wiko untuk anak saya, yang sebelumnya saya sudah cari di seller lokal, namun tidak bisa saya temukan karena memang hape Wiko milik anak saya sudah cukup lama umurnya, boleh dibilang tipe tersebut sudah diskontinyu, termasuk aksesorisnya. Namun ajaib, saya bisa menemukannya di marketplace tersebut dengan harga wajar, cenderung murah, dengan ongkos kirim setara pengiriman dalam kota saja. Padahal, produk tersebut tidak ready stock, mesti inden selama 2 minggu untuk pengiriman.

Itu baru satu contoh produk yang mungkin sebetulnya UMKM di Indonesia bisa membuatnya sendiri, bayangkan jika ternyata banyak produk UMKM yang dibuat setara namun dengan harga lebih kompetitif, tapi diproduksi dan dikirim dari luar negeri, dengan ongkos kirim dalam kota saja? Ini yang jadi perhatian, khususnya bagi Niaga Hoster dan UMKM pada umumnya, bahwa gempuran produk impor bisa menggoyahkan ekonomi kerakyatan yang sedang digalakkan oleh pemerintah. 


Menurut penelitian dari Institute for Developments of Economics and Finance (Indef), terungkap bahwa porsi produk impor yang dijual di e-commerce mencapai 90%. Hal ini tentu saja mempengaruhi UMKM Indonesia yang sama-sama memasarkan produknya pada platform tersebut. Adapun dampak yang signifikan akibat masuknya produk impor antara lain tingkat persaingan yang semakin ketat, serta meningkatnya ketergantungan konsumen pada produk impor, terkait dengan harganya yang lebih kompetitif untuk produk serupa yang diproduksi oleh UMKM dalam negeri.

Pemerintah tidak tinggal diam melihat fenomena yang terjadi saat ini. Upaya menekan dominasi produk impor terus dilakukan melalui berbagai kebijakan seperti menurunkan batas nilai pembebasan bea masuk, audiensi dengan platform e-commerce, hingga mendorong Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI). Bahkan pemerintah melalui Kemenkeu juga memiliki program penyaluran dana bantuan untuk UMKM yang terdampak pandemi secara langsung bekerjasama dengan Bank BRI.

Sekilas Produk UMKM di Indonesia

Jika kita lihat, produk-produk yang dihasilkan UMKM di Indonesia masih banyak yang sifatnya generik, musiman dan kurang berjangka panjang. Secara ringkas, produk UMKM di Indonesia masih memiliki ciri sifat seperti di bawah ini :

  • Produk fleksibel terhadap trend/musiman
  • Jarang yang khas/unik, cenderung seragam
  • Bermula dari bisnis individu/rumahan
  • Kebanyakan masih berskala mikro
  • Berpotensi naik ke skala bisnis menengah dan besar
  • Menghadapi masalah SDM, inovasi/riset dan branding (masih fokus pada proses produksi)
  • Stok selalu tersedia dan jangkauannya terbatas
  • Strategi pemasaran jangka pendek, mengandalkan direct selling

Niaga Hoster cukup intensif dalam mendorong upaya UMKM dari pola tradisional ke digital. Upaya Go Online bagi UMKM menjadi salah satu strategi agar UMKM mampu bertahan bahkan survive dalam menghadapi tantangan pasar bebas di masa depan. Memang go online tidak serta merta menjamin suksesnya bisnis UMKM, namun upaya go online akan membuka jalan bagi produk UMKM bisa dikenal masyarakat lebih luas serta meraih pasar yang lebih besar.

Salah satu cara go online bagi UMKM yang paling sederhana adalah dengan melakukan digital branding. Ada 4 langkah yang harus dilakukan dalam menjalankan proses digital branding, yaitu :

  1. Tentukan Identitas Bisnis
  2. Tentukan Kelebihan Produk dan Ceritakan (Story Telling)
  3. Lakukan Promosi di Lokasi yang Potensial
  4. Kuasai dan Manfaatkan Platform Promosi

Identitas bisnis berupa logo, warna, tagline, visi, misi dan lain-lain. Namun hal utama yang penting untuk diperhatikan tentu saja, logo, warna dan informasi penjual, seperti alamat email atau nomor hape yang bisa dihubungi untuk pemesanan produk yang dijual.

Dalam menjual produk, tentunya kita memiliki keunggulan yang bisa ditawarkan. Ceritakan secara singkat mengenai produk tersebut dan keunggulan yang dimilikinya, lalu sebarkan melalui posting di akun media sosial yang dimiliki.

Promosi tentu saja penting! Tetapi lebih penting untuk melakukan promosi di tempat yang tepat. Grup WA ibu-ibu arisan, grup sesama pengusaha UMKM, bahkan FJB (Forum Jual Beli) di media sosial juga bisa dimanfaatkan untuk melakukan promosi.

Ada beberapa platform media sosial yang umum digunakan sebagai media promosi. Bahkan mitosnya, setiap media sosial itu punya range usia pengguna yang spesifik. Kuasai dan manfaatkan platform tersebut untuk mendapatkan target market yang tepat dan akurat.


Menurut data dari DesignRush yang dimuat Forbes, aktivitas branding yang konsisten di semua platform efektif dalam menaikkan pendapatan hingga 23%. Artinya UMKM yang rajin mengenalkan mereknya melalui logo, warna, kelebihan, maupun promo-promo menarik, akan memiliki daya saing yang lebih tinggi dalam persaingan pasar.

Dua poin krusial yang lazim dihadapi oleh UMKM adalah kurangnya inovasi dan gagap dalam memanfaatkan teknologi. Inovasi bisa dilakukan dengan melakukan riset pasar, tentang apa yang sedang dibutuhkan masyarakat dan bagaimana cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Riset harus terus dilakukan secara berkesinambungan, agar produk-produk yang dihasilkan selalu bisa meraih target market yang sudah ditentukan. Contoh sederhana yang populer saat ini adalah masker fashion. Di masa pandemi seperti ini, masker sudah menjadi kebutuhan pokok, namun kita bisa tetap tampil modis berkat motif dan corak dari masker yang kita pakai, mix and match dengan pakaian yang kita kenakan.

Untuk kegagapan dalam teknologi, Niaga Hoster berupaya membantu para pelaku UMKM agar bisa mengejar ketinggalan, mempersiapkan era perdagangan 4.0 melalui program Etalase Digital-nya. Ini penting dalam mengubah mindset penjualan jangka pendek ke jangka panjang, melalui kepemilikan website. Kehadiran website dalam mendukung penjualan merupakan salah satu strategi menghadapi pasar bebas tanpa harus tergantung pada marketplace yang sudah ada. 

Program Etalase Digital adalah program pelatihan yang diselenggarakan selama satu minggu, membahas materi pembuatan website, pengisian konten, hingga digital marketing. Hingga saat ini, sudah ada 59 orang pemilik UMKM yang menjadi alumni program Etalase Digital. Harapannya, dengan mengikuti program ini, pemilik UMKM semakin mudah membuat dan mengembangkan website untuk keperluan digital branding, serta siap dalam menghadapi gempuran produk impor di pasar bebas.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar