Artikel Unggulan

5 Alasan HUAWEI MateBook D 14 Jadi Laptop Andalan

  Setiap orang memiliki kebutuhan unik dalam memilih laptop, yang bisa beragam dari segi fungsionalitas dan kemampuan komputasi yang canggih...

Platform Crowdsourcing Beri Kesempatan Kerja bagi Freelancer Indonesia


Pekerjaan freelance semakin diminati oleh Generasi Milenial dan Z Indonesia karena fleksibilitas waktu dan lokasi kerja serta memberikan kesempatan untuk menyalurkan minat dan bakat. Bekerja sebagai freelancer dipandang cukup menjanjikan secara penghasilan. Freelancer dapat menghasilkan setara atau melebihi Upah Minimum Regional (UMR) sarjana di DKI Jakarta. Pekerjaan freelance dipandang sebagai pekerjaan yang prospektif untuk ditekuni secara jangka panjang.

Dari informasi tersebut, PT. Sribu Digital Kreatif (“Sribu”), perusahaan startup lokal yang bergerak di bidang penyediaan jasa solusi konten dan pemasaran digital berbasis crowdsourcing, merilis hasil survei terbarunya terkait freelancer di Indonesia dan mengungkapkan bahwa sistem crowdsourcing menjadi salah satu solusi yang terbukti efektif dalam mendorong penyetaraan dan pemerataan kesempatan kerja untuk komunitas freelancer di Indonesia. Survei yang diadakan pada Januari 2020 ini melibatkan lebih dari 200 freelancer yang telah melalui proses kurasi oleh tim Sribu dan berdomisili di berbagai kota di Indonesia antara lain dari pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan NTB.

Ryan Gondokusumo, CEO dan Founder Sribu mengatakan “Melalui platform crowdsourcing Sribu.com dan Sribulancer.com, Sribu telah mempertemukan komunitas freelancer dengan lebih dari 30.000 pengusaha menengah dan besar serta korporasi baik di dalam maupun luar negeri dengan mudah dan cepat. Hal ini menciptakan peluang bagi pemerataan dan kesetaraan kesempatan kerja bagi para freelancer dari seluruh wilayah Indonesia. Kesempatan kerja yang cenderung masih terpusat di kota-kota besar kini dapat diakses oleh pekerja yang berasal dari kota-kota kecil dan pedesaan, tanpa dibatasi oleh lokasi dan ruang kerja. Tidak hanya itu, temuan survei kami juga mengungkapkan terciptanya kesetaraan karena peluang kerja sebagai freelancer tidak dibatasi oleh gelar akademis, namun klien menilai berdasarkan kinerja, kualitas dan etos kerja mereka.”


Lebih lanjut, tren bekerja sebagai freelancer semakin diminati di kalangan generasi Milenial dan Z Indonesia. Sebanyak 65% dari keseluruhan responden survei berasal dari kelompok usia di bawah 30 tahun, sementara 27% berasal dari kelompok usia 30-40 tahun dan sisanya berusia 40 tahun ke atas. 

Secara besaran penghasilan, bekerja secara freelance juga dianggap cukup menjanjikan dan bahkan tidak kalah dibandingkan dengan pekerjaan penuh waktu lainnya. Lebih dari 20% responden yang berpartisipasi dalam survei mengatakan bahwa mereka dapat menghasilkan lebih dari Rp 3.500.000,- per bulan dari pekerjaan sebagai freelancer, atau setara dengan Upah Minimum Regional (UMR) sarjana di DKI Jakarta. 

Meskipun besarnya penghasilan yang didapat menjadi salah satu alasan mengapa para generasi muda lebih memilih untuk bekerja secara freelance, namun hasil survei mengungkapkan bahwa penghasilan bukan menjadi alasan utama yang membuat profesi freelancer diminati oleh generasi ini. Fleksibilitas waktu dan lokasi kerja serta kesempatan menyalurkan minat dan bakat menjadi dua alasan yang paling banyak dipilih oleh responden. Bekerja sebagai freelancer memungkinkan mereka untuk tetap memenuhi tanggung jawab lain di luar pekerjaan, misalnya mengurus keluarga dan keadaan fisik yang tidak memungkinkan untuk bekerja di luar rumah.


Namun demikian, prospek penghasilan yang menjanjikan dari pekerjaan freelance ternyata membuat mayoritas responden mempertimbangkan untuk menjadikan pekerjaan ini sebagai pilihan karier yang dapat ditekuni dalam jangka panjang. Sebanyak 95% dari responden survei menyatakan bahwa mereka akan terus menekuni pekerjaan sebagai freelancer. Bahkan, 53% responden menyatakan bahwa mereka berencana untuk menekuni pekerjaan ini selama lebih dari lima tahun yang akan datang.

Selain referensi klien, teman dan kerabat, platform Crowdsourcing seperti Sribu dianggap efektif untuk mendatangkan pekerjaan. Alasan utama para freelancer bergabung dengan platform Sribu adalah karena mempertimbangkan reputasi Sribu yang sudah terbukti dengan jaringan klien yang luas sehingga memudahkan freelancer untuk mendapatkan klien. Selain itu, para freelancer juga memilih untuk bergabung dengan Sribu karena merasa aman dan nyaman bertransaksi melalui platform Sribu dan karena adanya dukungan teknis dari tim Sribu.

“Kami pertama-tama memulai perjalanan Sribu sebagai platform penyedia layanan solusi konten dan pemasaran digital berbasis crowdsourcing pada tahun 2011 silam. Ketika itu, bekerja sebagai freelancer merupakan hal yang asing dan terkadang dipandang sebelah mata. Namun seiring berjalannya waktu, kami menyaksikan bagaimana upaya kami untuk mempertemukan komunitas freelancer kami dan mengubah cara pandang klien serta meyakinkan mereka untuk menggunakan jasa freelancer kini telah membuahkan hasil. Saat ini lebih dari 150.000 orang telah bergabung dalam platform Sribu. Kami sangat bangga dengan pencapaian ini, dan tentunya berharap dapat terus bertumbuh bersama industri ini Target kami lima tahun ke depan, Sribu dapat memperoleh 5 juta pengguna jasa (klien) untuk menggunakan jasa freelancer Sribu dan memberdayakan hingga 500 ribu freelancer Indonesia,” tutup Ryan.


Temuan Survei Freelancer Sribu 2020 lainnya adalah:

Bekerja sebagai freelancer membuka kesempatan kerja bagi para pekerja di bidang kreatif tanpa mewajibkan ijazah sarjana sebagai syarat mutlak
Sebagian responden menyatakan bahwa mereka memilih untuk menekuni profesi sebagai freelancer di bidang kreatif karena tidak dibatasi oleh persyaratan minimum pendidikan. Sebagai freelancer, kualifikasi mereka diukur oleh portofolio, keahlian dan kompetensi yang dimiliki.
Pekerjaan di bidang kreatif paling populer di kalangan freelancer
Jasa desain, penulisan (copywriting) dan pemasaran online menjadi tiga jenis pekerjaan yang paling populer.
Mayoritas freelancer mengalokasikan kurang dari 20 jam kerja setiap minggu
Sebanyak 62% responden menyatakan mengalokasikan kurang dari 20 jam kerja per minggu sebagai freelancer. Kebanyakan di antara mereka baru bergabung dan menangani kurang dari 3 pekerjaan setiap bulannya.
Jumlah responden yang menjadikan profesi freelancer sebagai pekerjaan utama sama banyaknya dengan yang menjadikan profesi ini sebagai pekerjaan tambahan di samping pekerjaan utama
Kelompok responden yang menjadikan pekerjaan freelance sebagai satu-satunya pekerjaan memiliki beragam alasan, seperti keterbatasan kualifikasi pendidikan, kewajiban untuk mengurus keluarga, keterbatasan fisik (sakit), dan besarnya penghasilan yang didapatkan.
Pekerjaan yang dilakukan sebagai freelancer terkadang berbeda dengan pekerjaan utama yang dilakukan sehari-hari
Sebagian responden yang bekerja sebagai freelancer secara paruh waktu berasal dari latar belakang pekerjaan yang berbeda dari jenis pekerjaan yang dikerjakan sebagai freelancer. Banyak di antara mereka yang mengerjakan pekerjaan kreatif justru berasal dari bidang yang sama sekali tidak berkaitan langsung, misalnya broker, auditor, penyanyi, dsb.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar