Artikel Unggulan

5 Alasan HUAWEI MateBook D 14 Jadi Laptop Andalan

  Setiap orang memiliki kebutuhan unik dalam memilih laptop, yang bisa beragam dari segi fungsionalitas dan kemampuan komputasi yang canggih...

Cemonk Down Vol. 3

Siapa Cemonk? Mungkin hanya segelintir orang yang tahu siapa Cemonk, khususnya teman dekat yang sering berinteraksi di dunia nyata. Ya, Cemonk adalah nama panggilan untuk motor kesayangan saya, sebuah Honda Tiger keluaran tahun 1996 yang saya tebus pada tahun 2005.


Tepat pada tanggal 1 Oktober, saat sedang menghadiri pernikahan seorang kawan di daerah Kebayoran Baru, Jaksel, Cemonk mengalami gangguan pada mesinnya. Persis sesaat sebelum memasuki area parkir motor di PTIK, suara mesin Cemonk berderak dengan kerasnya. Panik? Tentu saja, namun selama ini walaupun mesin Cemonk berbunyi kencang, biasanya masih bisa dipaksa jalan sampai ke rumah di wilayah Condet, Jaktim. Selama resepsi, perasaan hati ini tidak tenang, walau sudah menyantap beragam makanan dan minuman yang tersedia di dalam gedung aula pertemuan tempat resepsi pernikahan diselenggarakan. Singkat cerita, untuk bisa pulang dari Jaksel menuju rumah di Jaktim, si Cemonk terpaksa harus ditarik dengan tambang. Untungnya, masih searah dengan lokasi kantor di bilangan SCBD.



Jika dilihat sekilas, kondisi mesin Cemonk tidak ada perubahan yang berarti. Sejak dahulu hingga kini, selalu saja ada oli mesin yang rembes. Sempat curiga, olinya kering banget mengingat memang kebetulan sudah waktunya untuk servis, namun kenyataan mengharuskan demikian.

Karena mesin Cemonk sama sekali tidak bisa dihidupkan, diengkol juga rasanya seperti macet, maka mau tidak mau, si Cemonk mesti didorong, menuju bengkel kepercayaan selama ini, Sumatera Motor, di dekan perempatan Batu Ampar I, di mana Pak Amin menjadi montirnya.


Benar saja, tanpa menunggu lama, mesin si Cemonk langsung diturunkan, untuk diperiksa kondisi onderdil di dalam blok mesinnya. Karena proses pembongkaran blok mesin memakan waktu cukup lumayan, maka saya memutuskan untuk meninggalkannya, dan menengoknya kembali menjelang sore.

Sore harinya, saya kembali ke bengkel untuk melihat kondisi mesin si Cemonk. Dan inilah yang saya lihat dengan mata kepala saya sendiri.




Patutlah mesin tidak bisa dihidupkan serta terasa macet, rupanya klepnya pun mengalami kerusakan hingga bengkok. Salah satu masalahnya sudah diketahui, sehingga solusinya pun dapat dilakukan.


Oh.. Ternyata hujan turun cukup deras. Saya yang berangkat ke bengkel bersama anak dan istri, terpaksa bertahan untuk berteduh, tidak memaksa pulang karena lupa membawa jas hujan.


Di atas adalah Si Jupe, motor yang mengantarkan kami ke bengkel Pak Amin. Jupe bertugas mengantar jemput anak-anak kami menuju ke sekolahnya masing-masing. Syukur alhamdulillah, masih ada cadangan untuk tugas harian. Sementara waktu, saya menggunakan jasa Gojek sebagai moda transportasi menuju kantor, serta kembali pulang.

Kurang lebih 2 hari Si Cemonk harus rawat inap, sampai akhirnya saya mendapat kabar bahwa motor kesayangan saya itu bisa diambil. Biaya yang harus saya keluarkan cukup lumayan, mengingat motor ini termasuk mahal dan sparepartnya tergolong susah untuk saat ini. Sudah sepuh kalo kata teman-teman saya, dan itu benar adanya.


Setelah sehat, saya membawa si Cemonk untuk pasang spakbor depan. Ya, selama ini Cemonk kemana-mana tanpa spakbor depan, sehingga seringkali problem ketika kondisi jalan basah karena hujan. Lihatlah sekarang, si Cemonk makin tampan bukan?


Saya kira, masalahnya sudah selesai. Cemonk bisa saya ajak mengukur aspal jalanan setiap hari kembali. Namun saya salah, Cemonk kembali meminta perhatian lebih dari saya.


Ban depan Cemonk bunting! Pantas saja kemarin waktu keluar dari bengkel, bawa motornya serasa naik kuda. Mentul-mentul begitu rasanya. Sejak tahu kondisi ban depan seperti ini, sontak saya tidak berani memacu Cemonk dengan kecepatan seperti biasanya. Takut meletus.. Hii.. Serem sekali..

Syukur alhamdulillah, masih ada kemampuan finansial untuk membereskan semua masalah yang ada pada diri Cemonk.


Semoga Cemonk tetap berguna bagi penunggangnya. Itulah kisah si Cemonk, kendaraan saya yang sudah menemani perjalanan sejak tahun 2005. Bagaimana dengan kisah kendaraan anda?

2 komentar: