Artikel Unggulan

ROG Phone 8, Lebih dari Sekadar Smartphone Gaming!

  ROG Phone merupakan seri smartphone gaming Android rancangan ASUS. Seri ROG Phone pertama kali diumumkan pada tanggal 8 Juni 2018 di ajang...

Pembenahan Transportasi Massal untuk Mengurai Kemacetan di Jalan Raya Ibukota

Ada yang suka naik kendaraan umum? Bis atau kereta? Saya inget di masa kecil dahulu. Ketika itu kami masih tinggal di daerah. Ke Jakarta adalah liburan bagi kami. Dan hal yang paling menarik bagi saya kala itu adalah naik bis tingkat, dari Blok M ke Kota, dan sebaliknya. Cuma gitu doang? Iya! Dan pengalaman masa kecil itu begitu membekas dalam benak saya hingga kini.


Sekarang saya tinggal di Jakarta. Takdir dan suratan nasib, membuat saya menetap di sana. Setelah lulus kuliah, dapat kerja, hingga menikah dan kini sudah punya anak-anak, Jakarta menjadi tempat saya mencari rizki. Kebiasaan naik bis, masih saya lakukan, terutama saat ada kegiatan di luar kantor seperti seminar atau pelatihan atau bahkan peluncuran produk tertentu. TransJakarta menjadi pilihan saya untuk mencapai lokasi acara. 

"Lho Mas? Kenapa nggak tiap hari ke kantor naik bis saja?"

Hal ini pernah saya lakukan kok. Saya berangkat kerja, bukan naik mobil, tapi motor. Suatu ketika, motor kesayangan saya, si Cemonk, mesti turun mesin, selama beberapa hari saya menggunakan bis. TransJakarta dan Metromini sambung Kopaja, jadi pilihan. Namun ternyata, secara hitungan ekonomis, jatuhnya lebih mahal daripada berangkat naik motor, bahkan ketika pakai ojek online pun, terasa boros. Namun ini bukan berarti saya tidak menghendaki naik kendaraan umum, tidak. Hanya saya sesuaikan saja dengan kebutuhan dan tujuan.

Tidak hanya bis saja, saya juga beberapa kali menggunakan commuterline. Bahkan jaman kuliah dulu, saya dan kawan kuliah sempat nyambi di sebuah toko komputer di kawasan Mangga Dua. Saya memanfaatkan naik bis dulu sampai ke Jatinegara, lalu pindah naik kereta dari Stasiun Jatinegara menuju stasiun Kampung Bandan. Jaman itu namanya belum commuterline seperti sekarang. Yah, yang jelas, saya tidak asing dengan kendaraan umum model apapun.


Suatu hari juga pernah, istri saya minta diantarkan ke Bojong Gede, tempat kawannya, untuk menimba ilmu masalah pembuatan roti. Satu hal yang saya catat, dan jadi poin penting adalah ketersediaan lahan parkir yang memadai dan aman. Saya bersama istri, naik motor menuju stasiun Pasar Minggu. Motor diparkir di sana, dan kami melanjutkan perjalanan dengan kereta. Sungguh seperti inilah model transportasi yang saya idamkan. Mau ke mana? Parkir kendaraan, pindah naik kendaraan umum.

Ternyata BPTJ telah melakukan beberapa perubahan penting yang mengarah pada kenyamanan dan keamanan pengguna kendaraan pribadi. Model lahan parkir di simpul transportasi tersebut namanya Park & Ride, seperti dijelaskan oleh Bapak Bambang Prihartono saat event Cafe Talk bersama bloggers di Kedai Tiga Nyonya, beberapa waktu yang lalu. Selain itu juga, pengembangan transportasi terintegrasi juga sedang diupayakan. Hal ini semata untuk mengurangi problematika kemacetan di jalanan ibukota yang berpotensi menimbulkan kerugian secara ekonomi. Saat ini pengembangan sarana Park & Ride masih terbatas di beberapa lokasi saja.


Beragam upaya untuk mengurangi kemacetan, telah dilakukan oleh BPTJ. Mungkin kita pernah mengetahui program 3-in-1 beberapa tahun silam, lalu dilanjutkan dengan skema ganjil-genap bagi kendaraan pribadi roda 4 yang melalui jalur jalan tertentu. Hal ini terbukti menunjukkan perkembangan yang signifikan terhadap problem kemacetan yang pernah ada. Memang belum optimal, namun dampaknya sudah mulai dirasakan.

Selain itu juga, pembangunan sarana transportasi alternatif seperti busway dan yang saat ini sedang dikerjakan, yaitu LRT dan MRT, merupakan bukti nyata bahwa upaya mencari solusi bagi kemacetan di Jabodetabek senantiasa dilaksanakan. Harapannya tentu, para pengguna kendaraan pribadi, dapat mulai berpindah secara aktif, menggunakan transportasi publik. Targetnya, hasil pembangunan sarana transportasi terintegrasi yang telah dilakukan ini, dapat dinikmati oleh masyarakat pada tahun 2019 nanti.

Untuk meningkatkan kenyamanan pengguna bis TransJakarta, disediakan pula unit bis RoyalTrans yang merupakan layanan bis premium dari TransJakarta. Di dalam bis ini, telah disediakan port USB untuk charging gawai penumpang. Oya, untuk pengguna TransJakarta Premium ini, jika menitipkan kendaraan pribadinya di sarana Park & Ride yang telah disediakan, hanya dikenakan biaya sebesar 10 ribu rupiah flat saja.


Oke, sedari tadi saya hanya membahas soal layanan yang telah diupayakan oleh pihak BPTJ untuk memberikan kenyamanan dalam transportasi publik. Ada hal-hal yang menjadi kekuatiran dari pihak BPTJ terkait dengan gaya hidup pengguna jalan raya yang terlanjur manja. Mereka enggan untuk berpindah menggunakan layanan transportasi umum dengan alasan kenyamanan. Memang jika saya lihat untuk saat ini, sungguh menjadi masa-masa pengorbanan. Macet tidak hanya karena jumlah kendaraan di jalanan, tapi juga pembangunan proyek-proyek yang serentak. Tapi percaya deh, itu semua untuk kenyamanan di masa depan.


Yang kedua adalah soal perilaku pengguna yang masih enggan mengantri. Padahal budaya antri ini cerminan masyarakat yang beradab. Ketika kesalahan yang dilakukan secara kolektif, dimaklumkan, maka norma/nilai dalam masyarakat akan bergeser, Yang salah, bisa jadi benar walau semu. Perilaku vandalisme terhadap fasilitas umum juga menjadi momok yang mesti jadi perhatian. Sanksi yang tegas dan berat mesti diterapkan agar masyarakat sama-sama menjaga fasilitas yang ada, serta mulai belajar tertib dan patuh pada peraturan. Jalur busway yang semestinya steril saja, masih banyak yang melanggarnya. Dan mestinya juga, pejabat pemerintah bisa menjadi contoh dan tauladan agar masyarakatnya ikut menjaga ketertiban dan taat pada peraturan. Dengan demikian, impian kita bersama untuk memiliki layanan transportasi publik yang nyaman, aman, terintegrasi, dapat terwujud dan memiliki semangat saling menjaga, bahwa fasilitas itu ada untuk kita semua.


Harapan saya sih, kedepannya, makin banyak tersedia sarana Park & Ride di berbagai lokasi. Mungkin bekerjasama dengan pasar-pasar, seperti lahan parkir Pasar Kramat Jati misalnya, agar pengguna kendaraan pribadi tergerak untuk memanfaatkan bis TransJakarta menuju ke tempat tujuannya. Jika jalur busway sudah steril, dan semua taat aturan, maka waktu yang diperlukan untuk sampai ke tujuan dapat dicapai dengan akurat.

Jadi, jangan sungkan untuk mencoba menggunakan transportasi publik. Saya beberapa kali mengajak keluarga saya untuk sekadar main ke mal atau taman rekreasi dengan menggunakan bis dan kereta. Dan mereka semua nampak senang sembari menikmati perjalanan. Jadi, mulai saat ini, marilah kita belajar untuk menjadi bagian dari solusi, bukan bagian dari masalah.

Salam kompak persahabatan selalu..


#enjoypublictransport
#naikbusitukeren
#ayonaikbus

2 komentar:

  1. Sekarang Bus Trans kan sudah bagus... jadi gak bakalan bosan untuk naik angkutan umum.. terutama bus trans 😊😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya.. saya juga memanfaatkan bus TransJ dan komuterline

      Hapus