Artikel Unggulan

ROG Phone 8, Lebih dari Sekadar Smartphone Gaming!

  ROG Phone merupakan seri smartphone gaming Android rancangan ASUS. Seri ROG Phone pertama kali diumumkan pada tanggal 8 Juni 2018 di ajang...

Spot Asik di Kota Bandung


"Mbak! Cutiku tinggal berapa?"
"Yang tahun 2018 masih ada 3 hari, Mas.."
"Oke, aku ambil 2 hari ya?"
"Isi form cutinya aja, Mas!"

Demikian sekelumit percakapan saya dengan HRD beberapa waktu lalu, persis sebelum saya mengikuti rangkaian acara peluncuran laptop gaming ASUS ROG terbaru di Hotel Pullman, Central Park, Jakarta.

Cuti 2 hari dimanfaatkan hanya untuk acara ASUS Indonesia, karena selepas itu, saya dan beberapa rekan blogger lainnya melanjutkan perjalanan menuju kota Bandung. Lha kok bisa sih? Jadi begini ceritanya..


Sebelum para blogger nusantara berkumpul ke Jakarta, beberapa hari sebelumnya, Mbak Katerina (@travelerien) menawarkan kepada blogger yang mau extend, ada tawaran untuk exploring kota Bandung. Nah! Saya yang notabene #JarangPiknik ini, tergiur untuk ikutan. Apalagi rombongan seperti ini, pasti serunya beda bila dibandingkan dengan piknik bareng keluarga. Ya kan? Iya dong ah!

BLUS Goes to Bandung - Stasiun Gambir Jakarta


Rombongan kami berangkat dengan menggunakan kereta Argo Parahyangan dari Stasiun Gambir. Meski rombongan, namun tempat duduk kami terpencar-pencar. Tapi tak apa, yang penting sampainya barengan.

Sampai di stasiun, kami segera menuju penginapan dengan memesan transportasi online. Nama penginapannya adalah RetroPoint BnB yang berlokasi di Jl. H. Basar, tak terlalu jauh dari stasiun Kota Bandung. Kurang lebih hanya 1 kilometer saja, namun karena barang bawaan kami banyak, maka memang lebih baik pesan mobil saja sih.

Kumpul di lobi RetroPoint BnB

Setelah mendapatkan kamar dan meletakkan barang bawaan di sana, selepas Maghrib, kami berkumpul di lobi untuk mencari makan malam. Sesuai rekomendasi dari Mbak Katerina, dipilihlah Warung Nasi Ibu Imas yang bernuansa sunda kental. Lokasinya agak jauh, jadi kami berangkat kembali dengan memesan mobil online.

Warung Ibu Imas

Warung Nasi Ibu Imas ini mengingatkan saya pada warung makan model tunjuk, ambil, makan. Atau kalau ada yang perlu diolah, tunjuk, ambil, kasih ke pelayannya, nanti setelah matang, baru diantar ke meja kita.

Menu masakan di Warung Nasi Ibu Imas - diampar saja

Dan yang terkenal di warung nasi Ibu Imas ini adalah sambalnya! Ada 2 macam sambal yang disuguhkan di meja, yaitu sambal dadak dan karedok leunca. Saya bingung sih, ini karedok leunca atau sambal karena jujur aja, pedesnya juga luar biasa! Tapi nagih :p

Menu ayam bakar, tempe goreng, perkedel jagung, lalapan dan karedok leunca

Setelah berjuang keras melawan kepedasan, akhirnya saya berhasil menghabiskan makanan yang saya pesan. Ini ada keanehan sih, meski tau itu pedas, tapi tangan ini secara otomatis nyolek lagi - nyolek lagi. Alhasil di akhir acara, bibir ini terasa jontor pedih namun seksi.. #ejiyeee

BLUS di Warung Nasi Ibu Imas

Untuk meredam kepedihan ini, akhirnya beberapa dari kami memutuskan untuk pindah lokasi, mencari sedikit kesegaran melalui secangkir kopi. Hanya dua orang blogger guru yang memisahkan diri karena ingin segera membakar voucher belanja yang mereka miliki. Dan kami pun berpindah lokasi menuju ke sebuah tempat bernama Sejiwa Coffee.

Saya di depan Sejiwa Coffee

Di sini kami mayoritas memesan kopi susu kekinian. Secara tempat, Sejiwa Coffee ini IG-able banget. Di tengahnya nampak tempat meracik yang disebut sebagai Coffee Lab. Mungkin yang bikin sensasional adalah, Presiden Indonesia, Pak Joko Widodo, pernah mampir ke sini, sehingga tempat ini jadi salah satu lokasi wajib buat pecinta kopi. Jujur aja, secara taste, B aja, namun setelah menghadapi makan malam yang penuh kepedasan tadi, es kopi susu Sejiwa ini jadi oase di tengah padang gurun yang tandus.

Es Kopi Susu Sejiwa

Alhamdulillah, sejuknya es kopi susu Sejiwa mampu berikan kesegaran dan energi untuk kami agar bisa kembali ke penginapan.

Esok harinya, kami check-out dari RetroPoint BnB untuk pindah ke penginapan lainnya, yaitu Hotel Savoy Homann. Sebelum berpisah, saya sempat foto-foto di penginapan yang interiornya IG-able banget ini. Rekomenlah jika kalian main ke Bandung.

Spot IG-able di RetroPoint BnB
BLUS di RetroPoint BnB

Rombongan menuju Hotel Savoy Homann dengan mobil online. Karena masih pagi dan jam check-in belum sampai, maka kami hanya menitipkan barang bawaan kami ke bagian Concierge di Hotel Savoy Homann, lalu melanjutkan mencari sarapan pagi di sekitar Jalan Asia Afrika, Bandung. Koh Deddy Huang (@deddyhuang), blogger traveller ternama dari Palembang, merekomendasikan Warung Kopi Purnama. Dan kami pun berjalan kaki di sepanjang Jalan Asia Afrika menuju ke sana.

BLUS di Jl. Asia Afrika Bandung

Karena jalannya santai, di mana ada spot foto menarik, kami berhenti sejenak untuk berpose, mengabadikan setiap momen yang ada menjadi sebuah kenang-kenangan.

Keluarga Besar BLUS

Warung Kopi Purnama terletak di Jl. Alkateri no. 22, masih di wilayah Braga. Warung Kopi ini memiliki sejarah yang cukup panjang.

Papan Nama Warkop Purnama

Warung Kopi Purnama didirikan pada tahun 1930 dengan nama Tjhiang Shong Shi (Silakan Mencicipi) yang kemudian berubah nama pada tahun 1960 menjadi Warung Kopi Purnama, seiring kebijakan pemerintah untuk menggunakan nama Indonesia. Pendiri Warung Kopi Purnama bernama Jong A Tong yang berasal dari kota Medan, merantau ke kota Bandung pada awal Abad-20. Saat ini Warung Kopi Purnama dikelola oleh Generasi ke-4.

Menu yang disajikan + suasana vintage di dalam Warung Kopi Purnama

Menu andalan warung kopi ini adalah tentu saja kopi dan roti selai srikaya-nya. Namun karena perut saya masih kosong, maka saya tidak berani memesan kopi, dan justru memilih gado-gado nasi sebagai menu sarapan. Bubur ayam-nya juga enak. Untuk harganya sendiri sih masih terjangkaulah, nggak mahal-mahal amat. Masih di kisaran 50 ribu rupiah per orang untuk sekali makan + minumnya.

BLUS di Warung Kopi Purnama

Selesai sarapan, kami pun kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini tujuannya adalah Alun-Alun Kota Bandung. Sebuah tempat yang saya memimpikan bisa bermalam di bawah naungan bintang-bintang, namun ternyata belum bisa terwujud juga.

BLUS di Alun-Alun Kota Bandung

Dari sini, kami beranjak menuju ke Museum Konferensi Asia Afrika. Mumpung beberapa rekan blogger lain, termasuk saya, belum pernah berkunjung ke sana. Museum KAA dibuka pada pukul 8 pagi dan gratis. Rombongan hanya perlu mengisi buku tamu (perwakilannya saja). Oya, di dalam sini tidak diperkenankan untuk mengambil video, hanya foto saja, saya sempat kena tegur soalnya :p

Diorama Suasana KAA 1955

Di sini kami langsung menuju ruang utama konferensi. Sepanjang jalur menuju ke ruang utama, banyak foto-foto sejarah yang terpampang di dinding museum. Bagi kalian yang ingin explore lebih dalam, bisa luangkan waktu lebih lama menelusuri foto yang terpajang di setiap dindingnya.

BLUS di Ruang Utama Konferensi

Setelah puas foto-foto di Museum KAA, kami melanjutkan kembali perjalanan. Masih dengan berjalan kaki, mengoptimalkan setiap spot keren yang mungkin saja kami temui di sepanjang Jalan Braga. Jalan yang legendaris sebagai spot foto keren di jagat media sosial.

BLUS di Jl. Braga

Dari Museum KAA, kami lanjut menuju tempat selanjutnya, yaitu Toko Roti dan Kue Abadi Bagelen, yang terletak di Jl. Purnawarman, di daerah Tamansari. Masih dengan berjalan kaki, karena rutenya melewati Jalan Braga.

Estimasi waktu dan jarak tempuh dari Museum KAA ke Abadi Bagelen
Selama ini saya baru menyadari jika Jl. Braga itu banyak toko-toko yang penampilan luarnya masih ala-ala masa lalu, heritage istilahnya. Nuansa kuno terasa kental ketika saya berjalan-jalan di sepanjang jalan ini. Bahkan, ada beberapa toko yang oke banget dijadikan spot foto-foto.

BLUS di depan Hangover Jl. Braga

Selama menuju ke toko roti dan kue Abadi Bagelen, rombongan kami terpecah menjadi 3 kelompok. Ini karena perbedaan kecepatan jalan dari kita masing-masing. Dan semua ini dilakukan secara santai. Kalau haus dan perlu beli minum, ya melipir saja ke minimarket terdekat yang ada di sepanjang jalur perjalanan. Kalau lelah, ya kami duduk-duduk dulu di bangku yang tersedia di sepanjang jalan. Kami benar-benar menikmati momen yang terjadi pada hari itu.

Bangunan di sepanjang perjalanan menuju Abadi Bagelen

Akhirnya! Setelah beberapa menit berjalan kaki, kami pun tiba di tujuan. Toko Roti dan Kue Abadi Bagelen yang merupakan salah satu toko roti dan kue tertua di kota Bandung.

Toko Roti dan Kue Abadi Bagelen

Di sana, rombongan kami diterima oleh Kang Larry selaku pemilik toko roti Abadi Bagelen. Beliau juga bercerita tentang asal-muasal usaha roti yang bermula dari kota Garut, lalu pindah ke Bandung. Dan roti yang dijual pertama kali adalah Warmbollen Vanilla.

Selain itu, beliau juga menceritakan perubahan strategi pemasaran dari Abadi Bagelen dengan melakukan renovasi interior toko, mengubah display, serta memanfaatkan media sosial sebagai sarana promosi dan bekerjasama dengan beberapa payment platform populer seperti GoPay dan OVO untuk saat ini. Tentunya ini dilakukan agar bisa merangkul konsumen dari generasi milenial yang terbiasa dengan kemudahan akses via teknologi.

BLUS bersama Kang Larry (owner) di toko Abadi Bagelen

Saatnya check-in! Kami semua kembali ke hotel Savoy Homann dengan menggunakan mobil online. Ya, karena kaki kami semua sudah terasa gempor karena jalan kaki sejak pagi tadi.

Sampai di Hotel Savoy Homann, kami tidak langsung masuk kamar, karena sudah disiapkan makan siang khas tradisi hotel, yaitu Rijsttafel - Family Style. Seperti apa sih kira-kira menunya? Yang pasti dan jelas sih, enak banget!

BLUS di Hotel Savoy Homann

Selesai makan siang, kami semua bisa memasuki kamar masing-masing. Masih ada waktu sekadar melepas lelah sejenak, sebelum kemudian pada pukul 4 sore, kami semua mesti bergerak ke lokasi berikutnya, Fat Oppa!

Fat Oppa Korean BBQ

Fat Oppa ini berlokasi di Jl. Karapitan No.82, Paledang. Jaraknya lumayan jauh juga karena lalu-lintas di Bandung yang kebanyakan satu arah, jadi rutenya muter dulu. Sesampainya di sana, menu pesanan sudah disiapkan. Kebanyakan adalah BBQ Style alias dipanggang, tapi juga ada yang direbus, dan ada pula yang sudah matang dan siap disantap.

BBQ Platter di Fat Oppa

Bulgogi dan teman-temannya di Fat Oppa

Variasi menu di Fat Oppa yang siap santap

Urusan panggang memanggang, ditangani oleh Chef Bai dari Aceh. Hehehe. Kita hanya meletakkan daging di atas kompor pemanggang, dan sisanya Chef Bai dan Chef Febri yang membolak-baliknya. Citarasa makanan di Fat Oppa terasa original, seperti masakan Korea di tempat asalnya. Dan karena ini resto halal, maka nggak ada minuman Soju khas Korea yang biasanya menemani makanan seperti ini.

BLUS di Fat Oppa Casual Korean BBQ

Dari Fat Oppa, kami meluncur kembali ke hotel untuk menunaikan ibadah sholat Maghrib. Huft, untung jalanan lancar sehingga masih kebagian. Setelah istirahat sejenak, sengaja nggak mandi dulu karena masih mau jalan kaki lagi, kami menantikan saatnya makan malam di Garden Resto Hotel Savoy Homann yang asri. Dan malam Minggu ini tersedia BBQ Party.. Ajib! BBQ-an melulu kita. Woiyadong! Di sini lah saya baru paham, kenapa blogger traveller selalu gembira dan ceria.. Karena kerjanya ya jalan-jalan, lalu makan.. Jalan-jalan lagi, lalu makan lagi.. Begitu terus.. Gimana nggak happy coba?

BBQ Set di Hotel Savoy Homann Bandung

Dan yang nggak ketinggalan, selalu ada tersedia dan fresh adalah minuman jus dan buah potong. Kalau buat saya, dua hal ini wajib dinikmati setiap jumpa karena memang saya suka sekali makan buah dan minum jus buah.. Selain kopi tentunya..

Jus dan Buah Segar di Hotel Savoy Homann Bandung

Saya makan secukupnya. Sengaja nggak terlalu kenyang karena masih ada rencana untuk berjalan-jalan kaki di malam hari, di seputaran Jalan Asia Afrika. Cita-cita saya malam itu adalah, foto bareng setan. Yupp! Mereka saya temui pagi harinya ketika sedang mencari sarapan menuju Warung Kopi Purnama. Saat itu, mereka sedang bersiap-siap, menata rias wajah mereka dengan riasan yang seram. Saya pikir, akan lebih cocok kalau foto barengnya malam hari saja.

Senangnya bisa foto bareng Mbak Kunti yang mirip Tante Suzanna

Berfoto dengan mereka, modelnya seperti foto bareng badut-badut di taman rekreasi. Di sini nggak ada tarif khusus, seikhlasnya saja. Tapi ya sepantasnya lah, mereka juga sedang bekerja mencari rizki bukan? Oya, setannya nggak hanya satu lho! Tapi sepanjang jalan Asia Afrika ini, mereka tampil dengan beragam variasi setan yang mayoritas kita ketahui. Sebetulnya nggak hanya setan, beberapa ada yang tampil dengan kostum superhero. Tapi saya nggak tertarik untuk foto bareng mereka, karena saya sendiri juga superhero.. #ejiyeee #icikiprutt

Dari sini, saya tinggal berdua dengan Febri, blogger Jambi, karena Elvina sudah keburu kabur ketakutan melihat wujud setan-setan yang gentayangan di sepanjang jalan Asia Afrika ini. Baiklah, kami pun melanjutkan perjalanan, menuju kedai Kopi Turki yang kami lihat siang harinya. Saya dengan beberapa rekan blogger demen ngopi, seperti mas Afit, Mbak Dian dan Mbak Katerina, berencana untuk mengunjunginya, mencoba sajian kopi yang mereka tawarkan.

Gedogan Coffee - Biji Kopi dari Indonesia, disajikan ala Kopi Turki

Namanya adalah Gedogan Coffee. Yang menarik dari kedai kopi ini adalah hamparan pasir panas tampak mencolok dari tepi jalan raya. Mungkin belum banyak yang tahu, kenapa merebus kopi di atas pasir. Ya, ini adalah salah satu keunikan dari kedai kopi ini, menyajikan kopi dari biji kopi asli Indonesia, dengan teknik penyajian ala Turki. Itu kopi yang diseduh, beneran mendidih lho, meski hanya digoyang, diputar di atas pasir. Dan hasil penyajiannya tetap cantik ala kafe modern.

Hot Cafe Latte by Gedogan Coffee

Citaras kopi yang fresh brewed memang beda. Untuk kopi yang saya pesan ini, rasanya unik, karena ada campuran nutty dan fruitty sebagai after-taste-nya. Duh! Jadi bikin balik lagi ke sana kalau main ke Bandung lagi. Sumvah, ngangenin ini mah!

BLUS di Gedogan Coffee Jl. Braga

Serunya di kedai kopi ini, tersedia beragam mainan yang bisa dipinjam untuk dimainkan oleh para tamu. Foto di atas kanan itu, sebetulnya sedang main kartu UNO, tapi seolah sedang main judi, soalnya riuh dan ramai, seru banget. Sedangkan beberapa dari kami ada yang ngobrol santai, ada juga yang cukup menikmati kopi yang sudah kami pesan.

After-taste yang unik. Bikin kangen buat ke sana lagi.

Nggak terasa, jam sudah hampir menunjukkan pukul 11 malam. Meski demikian, situasi kedai bukannya makin sepi, tetapi malah semakin ramai. Mungkin karena bertepatan dengan malam Minggu. Saya dan rekan semeja pamit duluan untuk kembali ke hotel. Rencana melewatkan malam di alun-alun kota Bandung sama sekali tak terpikirkan karena kondisi kaki yang lelah setelah seharian berjalan kaki.

Ranjang empuk di Hotel Savoy Homann

Akhirnya, setelah sampai di kamar, saya pun mandi untuk membersihkan diri. Seharian tadi berjalan kaki, keliling pusat kota Bandung, terasa melelahkan namun sekaligus menyenangkan. Dan mandi dengan air hangat, membuat badan ini terasa rileks sehingga mudah untuk memejamkan mata.

Pagi itu, 14 Juli 2019, merupakan sarapan perpisahan bagi kami. Beberapa rekan blogger sudah pamit menuju stasiun kereta, untuk kembali ke Jakarta, mengejar jadwal penerbangan yang akan membawa mereka kembali ke kota asal masing-masing. Saya sendiri memisahkan diri dengan rombongan karena ingin mengunjungi sanak saudara di Bandung yang sudah lama tidak saya jumpai.

BLUS dan Mbak Silvia (Panda Travel Bandung)

Selepas sarapan, saya menunggu adik saya menjemput, sedangkan rombongan yang tersisa sudah harus berada di stasiun kereta Bandung untuk kembali ke Jakarta pada pukul 11 siang. Sungguh suatu pengalaman yang seru, unik, heboh namun menyenangkan, bisa travelling bersama rekan-rekan blogger yang biasanya berjumpa saat peluncuran produk ASUS di Jakarta, namun kali ini bisa extend untuk exploring Bandung bersama-sama.

Akhir kata, terima kasih atas kesempatannya, dan salam kompak persahabatan selalu..

#UnstoppableBLUS






8 komentar:

  1. Wah, banyak juga ya yang kita singgahi di Bandung, Mas..seruu..semoga bisa terulang lagi keseruan ini di lokasi berbeda aamiin..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak, banyak.. serunya sih jalan kaki bareng-bareng itu lho.. nggak terasa capeknya.. terasa pas udah masuk kamar.. sikile teyolen :p

      Hapus
  2. Momen yang kayak gini yang bakal selalu dirindu ya mas.. Semoga ada kesempatan kita bisa jalan dan seru-seruan bareng lagi..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak.. apalagi saya yang bukan blogger traveller, kesempatan gini mah langka beneran..

      Hapus
  3. Seru ye sob :)
    Ngelihat makanan-nya kok jadi ikut ngeces mlut nie hehe
    Bandung memang jempolan, Banyak industri kreatif
    & Penduduknya cantik-cantik hehe :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. abs. agree.. bandung memang menyenangkan untuk dieksplorasi bersama teman-teman.. dan next time mungkin, sama keluarga..

      Hapus
  4. Jalan kemanapun dengan beramai ramai jadi terasa lebih asik dan menyenangkan, liburan bareng kemana mana bareng, joss lah ;D

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul sekali.. meminjam slogan, enaknya rame-rame.. emang beneran enak :)

      Hapus